Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Sepotong Cerita dengan Kamu

Kepada kamu, seseorang yang sangat menyukai alam. Kepada kamu, yang tak pernah sekalipun mendua. Kepada kamu, yang selalu tak punya waktu luang. Kepada kamu, dengan semua kebaikan yang telah kamu lakukan. Sungguh aku meminta maaf. Aku ingin meminta maaf atas salah yang ku perbuat. Aku ingin meminta maaf atas ego yang tak pernah mengalah. Aku minta maaf atas risau yang berujung bubar. Waktu itu, indah. Untuk pertama kalinya kau membuatku mengenal kembali indahnya dunia. Aku sempat berulang kali terpuruk atas sesuatu yang melekat di hati. Tetapi, mengenalmu membuatku lupa. Bahkan trauma-trauma yang selalu menghantui, pun sirna. Kembali aku menemukan mimpi-mimpi. Yang sempat hilang dan mati. Kisah yang kita lalui memang tidaklah lama. Tapi yang aku tahu kau begitu dekat. Aku selalu menyukai senyummu. Kau selalu lebih banyak terdiam mendengar cerita-ceritaku. Aku selalu suka menggodamu. Membuatmu tertawa menjadi hobiku. Tak terasa hari berlalu. Awal yang dimulai dengan mengenal, ...

Patah!

Kala itu, siang. Tapi langit sepertinya sedang berselimut awan, mendung. Kelabu. Aku dan kau berada pada sebuah tempat, seperti rumah. Takut-takut kau beranikan dirimu memulai sebuah kisah pilu. Kau bilang, saat kau mencintai seseorang maka cinta itu akan bertengger lama pada hatimu. Tidak akan mudah luntur. Hari-hari berlalu begitu indah. Tawa selalu menghiasi harimu. Meski kau tahu, kau dan dia bukanlah manusia yang saling memiliki kesempurnaan. Tetapi memilikinya membuatmu sempurna. Lalu cerita beranjak pada sebuah lara tatkala kekasihmu telah menggapai bintang bersama tangan yang lain. Bukan dirimu. Kau mengeluh, hatimu marah dan kecewa. Bagaimana mungkin kisah yang kau rajut bertahun-tahun kandas pada sebuah tepi sebelum penghujung asmara tiba. Memang bahagia dan sedih sering datang silih berganti pada hidup. Meski mereka berjalan tak beriringan, tapi yang pasti mereka menghampiri siapapun pemilik kisah hidup. Tak terkecuali kau dan dia. Detik itu, air matamu tumpah. Suaramu b...

Jangan Datang untuk Pergi

Tolong jangan pernah mengetuk lagi masa lalu itu. Itu perih. Seperti merobek kembali luka yang lama. Akan selalu ada nostalgia-nostalgia pada kenangan yang sudah berusaha aku tutup rapat. Sangat rapat. Aku kunci dan buang anak kuncinya jauh-jauh. Tapi sekali diketuk, segalanya menguar. Mendobrak sekat-sekat penutup kotak. Menembusnya. Lalu tanpa bersisa, segalanya hadir. Tepat di depan muka pikiran. Memenuhi isi kepala. Adakah yang mampu menahan? Atau bahkan mengendalikannya? Karena hal itu sama saja seperti mencoba menggenggam angin. Tanpa kita bisa negosiasi. Menerpa tubuh yang sudah tak berdaya. 7 November 2019

Teruntuk Aku

Hi, JSA! Kembali perasaan hancur seolah mengubur seluruh harapan hidupmu. Kenangan Desember dan bulan-bulan sebelumnya tak akan pernah mampu untuk dilupakan. Pilu hatimu semakin jelas bila mengingat pesan-pesan dia yang begitu mengerikan. Hingga bergidik bulu kudukmu ketika mengulang kembali membacanya. Pada masa ini ada banyak konflik seolah memburu dan memborbardir dirimu. Tubuhmu yang ringkih pun tak mampu menahannya, dan akhirnya kau sampai pada titik dimana tiada lagi masa depan terlihat. Suram, dan gelap menyapu seluruh mimpi-mimpi. Menyisakan tangis yang tiada henti-hentinya terus membasahi pipimu di malam hari. Akan tetapi, selalu ingatlah satu hal. Segala penderitaan ini tidaklah abadi. Suatu hari tentu akan kau temui lagi senyum yang sempat kabur dari bibirmu. Akan kau temui lagi pelangi-pelangi selepas hujan mengguyur bumi. Akan kau temui lagi indahnya mentari pagi usai malam-malam gelap nan dingin. Akan kau jumpai kembali tawa kala senja hadir. Akan kau jumpai kembal...

A Piece of Mind

Ya Tuhan, aku menangis setiap kali aku mengingat harus pergi meninggalkan kota kelahiranku. Aku tergugu tiap kali mengingat, betapa aku sangat egois telah meninggalkan tempat kerjaku pertama. Yang merupakan tempat pertamaku kerja dengan usahaku sendiri. Tanpa kenalan. Tanpa rekomendasi. Aku melalui seluruh tes dengan hasil payahku sendiri. Aku sedih setiap kali ingatanku tentang wajah rekan-rekan kerjaku kembali membayang dengan sangat jelas pada ingatanku. Air mataku selalu mengalir deras mengingat segala kebersamaan yang diciptakan. Meski belum genap 1 tahun, namun rasanya sudah mengenal mereka begitu lama. Aku memaki sambil menangis tatkala kenangan singkat kita juga muncul. Sungguh Tuhan, tidak mengapa. Ucapku berkali-kali. Namun hati terkadang menolak setuju dengan bibir ini. Hatiku berteriak mengucap lelah, dan lelah. Hingga rasanya telinga ini berdengung. Tidak dapat mendengar apapun selain kata pulang. Entah kemana dan kepada siapa aku pulang? Aku bertanya pada hati. Tidak ad...

True Love : Is it true?

Sore ini, aku coba menghabiskan waktu dengan beristirahat sejenak dari pikiran-pikiran yang menyengsarakan hati. Aku coba menuruti apa-apa yang diinginkan hati untuk melepas lelah dan penatnya. Ku putuskan untuk menonton salah satu film Maleficent . Pada saat ini memang film tersebut sedang booming di kalangan remaja hingga dewasa, bahkan anak-anak. Namun, kata seorang teman, alangkah baiknya menonton cerita seri pertama dari film tersebut terlebih dahulu, untuk kemudian bisa mengikuti alur cerita Maleficent : Mistress of Evil . Oleh karena pada masa kini teknologi semakin canggih, tak terkecuali aku juga memanfaatkan fasilitas wifi untuk dapat menonton streaming film Maleficent tersebut. Awalnya sempat frustasi karena situs online yang biasa aku gunakan untuk akses film online tidak muncul pada search engine Google . Namun pada akhirnya aku menemukan biang masalahnya. Ternyata eh ternyata, situs itu sudah berganti domain. Ckckck. Maklum sudah lama tidak pernah menonton lagi, eh...

Monev Kedua : Tangerang

Jika berbicara tentang Monev, maka bahasannya tidak akan jauh-jauh dari kunjungan pada PTS, compare data dengan milik PTS, dan ya tentunya oleh-oleh donk . Hehe. Monev kali ini lebih rame. Kenapa? Karena kami terdiri dari 5 orang. Anggota utama Monev ada 4 orang, seorang lagi adalah sopir. Wah aku tidak membayangkan bagaimana menampung oleh-oleh dari PTS, mengingat kemarin saja ada puluhan kardus yang kami angkut dari Cirebon ke Bandung. Tapi ya sudahlah, karena mereka pun santai, aku pun juga ikutan santai. Dalam perjalanan dari Bandung, suasana di mobil terasa sepi. Aku sampai mengantuk berat. Tapi suguhan pemandangan di sisi jalan tol membuatku tak ingin menutup mata barang satu detik saja. Hanya satu-dua kali saja bapak dan ibu senior ini mengajak aku berhaha-hihi. Selebihnya mungkin komentar-komentar singkat saja. Membosankan sih memang, tapi ya mau gimana lagi? Tim sudah ditentukan, dan kita tidak bisa seenaknya gonta-ganti tim. Sebelum memasuki Tangerang, kami ma...

CATATAN MONEV CIREBON 3 : Kesan Menuju Pulang

Gambar
Hari kemarin, aku dan tim berhasil menyelesaikan Monev kepada 4 PTS. Oke, kurang 2 PTS lagi sebelum Monev ini berakhir. Tidak seperti kemarin, dimana kami harus berangkat pagi-pagi karena mengejar waktu, kami santai saja menghabiskan sarapan untuk kemudian melanjutkan Monev pada pukul 09.00 WIB. Dalam mobil kami, sudah banyak sekali tumpukan kertas yang merupakan dokumen-dokumen PTS yang akan kami arsipkan. Tidak hanya itu, oleh-oleh untuk kami bawa pulang ke Bandung juga sudah penuh di bagasi. Belum lagi ditambah barang-barang kami, karena memang selesai Monev kami langsung balik ke Bandung. Bersyukurnya, anggota tim kami terdiri dari 3 orang saja. Tidak terbayang jika ada sopir, maka akan ditaruh dimana kertas, tas pribadi dan oleh-oleh ini. Karena bertiga saja sudah terasa sesak. Kampus pertama di hari ke-2 ini sungguh menarik bangunannya. Perpaduan warna merah, biru, kuning, menyatu begitu indah. That’s I keep the building in my camera phone. Pertama menginjakkan ...

CATATAN MONEV CIREBON 2: Kejutan-kejutan Indah!

Gambar
Pukul 16.00 WIB, aku dan tim telah sampai di Hotel Batiqa. Tempat kami akan merebahkan diri untuk melepas lelah dan menitip barang selama di Cirebon. Sungguh mengasyikkan sebenarnya ketika mendapat kamar dengan fasilitas double bad dan dinikmati sendiri donk, hehe ^^. Rasanya sudah tak sabar untuk mengacak-ngacak kasur. Oke kami menunggu beberapa menit sebelum dapat kunci kamar dikarenakan kamar sedang dibereskan. Dalam hati aku mengeluh : hmm,, semakin lama saja proses istirahat dan memanjakan diri ini berlangsung. Beberapa menit berlalu, akhirnya petugas mempersilahkan kami mengambil kunci masing-masing. Segeralah kami cus menuju kamar. Yeay! Ucapku membatin. Perjalanan dinas kali ini, aku awali dengan pakaian Korpri donk. Malu-maluin? Enggaklah. Justru aku sangat bangga ketika mengenakannya, terlepas dari apapun persepsi orang ketika melihatku menggunakan pakaian ini. Di sore hari pula. Pertama kali ku buka pintu kamar, kasur gede langsung menarik perhatianku dan seolah m...

CATATAN MONEV CIREBON

Gambar
Oktober adalah bulan melelahkan bagiku. Ada banyak kegiatan yang berawal pada bulan ini. Kegiatan Monev salah satunya. (Monev = Monitoring dan Evaluasi PTS Se-Jabar & Banten). Monevku kali ini berada di wilayah Cirebon IV. Monev yang memakan waktu 3 hari ini mengharuskan kami mengunjungi 6 PTS yang sudah ditentukan sebelumnya. Monev pertamaku dimulai pada tanggal 2 Oktober. Aku memiliki 2 rekan lainnya. Sebut saja Pak Naufal dan Pak Sobri. (Nama mereka aku samarkan donk, xixixi). Tentu aku sudah menyiapkan segala dokumen monev jauh-jauh hari. Karena aku tidak pandai dalam bertindak saat terburu-buru dan mendadak. Penyakit panikku tentu akan mengacaukan segalanya. Mungkin orang berpikir, bahwa aku terlalu cepat dalam mempersiapkan segalanya. Aku mungkin terlihat seperti terjajah oleh waktu. Namun apakah itu buruk? Itu adalah sudut pandang dari orang yang tidak menghargai waktu. Aku selalu merasa bahwa waktu akan datang 1x seumur hidup. Setiap detik yang terjadi tentu tid...

Tuhan, Andaikan...

Tuhan, seandainya malam masih bisa ku nikmati, maka biarlah ku nikmati bersama rembulan dan bintang gemintang, Tuhan, seandainya hangat mentari masih setia menyapa, maka aku ingin diterangi olehnya disaat menyusuri jalanan berasap. Tuhan, sekiranya masih ku diijinkan terlelap dalam dekap selimut, maka biarlah aku merasakan lelahnya hidup, Tuhan, sekiranya mataku masih berkedip, maka jagalah pandangku dan ijinkan aku menebar pandangan pada indah pesona alam-Mu. Tuhan, seumpama sendiri masih lebih baik dalam berproses dan berjuang, maka temanilah selalu diriku yang masih fakir ilmu untuk selalu dapat menggapai berkah hidup, Tuhan, seumpama kebaikan masih dilimpahkan pada bumi ini, maka tunjukkanlah agar netralitas ini selalu menemukan titik benarnya. Tuhan jikalau aku boleh berandai, maka ingin sekali saja aku mengulangi kebersamaan dan kasih sayang keluarga dengan nyata, Tuhan, jikalau masih saja aku harus memilih pergi, maka damaikanlah hatiku. Tuhan, apabila ini adalah se...

Cerita Singkat untuk 23’9’19

Hari itu, kembali ada kecemburuan hadir dalam hatiku. Sungguh aku takut mengakuinya. Takut kalau-kalau ini hanyalah ulah setan-setan yang hanya ingin manusia selalu merasa gelisah dan sedih. Namun, tiap kali aku mengingat kejadian ini, hatiku begitu ngilu dalam hal rasa. Ada perasaan ‘tidak enak’ juga yang mulai menghinggapi hati. Detik ini, ingin rasanya aku menangis di pangkuan Ibu. Ingin rasanya menyalahkan diri sendiri yang kurang menghargai waktu. Karena aku masih saja mengulang kesalahan yang sama. Menganggap semua hal baik-baik saja. Padahal hanya ada 1 kesempatan dalam tiap detik waktu kehidupan ini. Dan aku? Masih saja tidak mampu memberi yang terbaik. Bahkan sebaliknya, terlalu menganggap idealisme adalah satu-satunya yang harus ditunjukkan. 4 tahun lalu, kala aku masih duduk di bangku perkuliahan, seorang dosen pernah mengatakan : “kita harus bisa menempatkan idealisme. Tidak harus di setiap saat, namun pada timing yang tepat dan tempat yang tepat”. Ya Tuhan, sungguh...

Kampung, Hutan, dan Kamu.

Suatu saat itu, langit menampakkan mendungnya. Hanya sedikit cahaya yang ku lihat. Suasananya nampak seperti ruangan dalam sebuah rumah di perkampungan. Ada lampu namun mungkin hanya 5 watt saja. Redupnya sedikit membuat merinding. Tampaknya juga rumah ini ada dalam sebuah hutan. Meski begitu, rumah ini termasuk ke dalam salah satu rumah dalam suatu perkampungan. Rumah-rumah dalam perkampungan ini terasa sepi, meski ada banyak orang berlalu lalang di depanku. Lalu, kemudian aku memperhatikan ruangan di sekitarku. Ada banyak ruang kosong dalam rumah ini. Aku menjelajah satu per satu ruangan itu, pelan-pelan saja langkahku. Ruangan pertama nampak seperti sebuah kamar. Namun telah lama ditinggal pemiliknya. Hanya menyisakan kasur tua, dan tanpa sprei. Kamar ini memiliki satu lubang   sirkulasi udara yang menjadi sumber cahaya. Tapi cahayanya hanya segaris, masih tak mampu menerangi seisi kamar. Lalu, aku beranjak menyusuri ruangan berikutnya. Aku juga menemukan kamar. Masih denga...