Sepotong Cerita dengan Kamu

Kepada kamu, seseorang yang sangat menyukai alam. Kepada kamu, yang tak pernah sekalipun mendua. Kepada kamu, yang selalu tak punya waktu luang. Kepada kamu, dengan semua kebaikan yang telah kamu lakukan. Sungguh aku meminta maaf. Aku ingin meminta maaf atas salah yang ku perbuat. Aku ingin meminta maaf atas ego yang tak pernah mengalah. Aku minta maaf atas risau yang berujung bubar.

Waktu itu, indah. Untuk pertama kalinya kau membuatku mengenal kembali indahnya dunia. Aku sempat berulang kali terpuruk atas sesuatu yang melekat di hati. Tetapi, mengenalmu membuatku lupa. Bahkan trauma-trauma yang selalu menghantui, pun sirna. Kembali aku menemukan mimpi-mimpi. Yang sempat hilang dan mati.

Kisah yang kita lalui memang tidaklah lama. Tapi yang aku tahu kau begitu dekat. Aku selalu menyukai senyummu. Kau selalu lebih banyak terdiam mendengar cerita-ceritaku. Aku selalu suka menggodamu. Membuatmu tertawa menjadi hobiku. Tak terasa hari berlalu. Awal yang dimulai dengan mengenal, berujung kepada saling diam.

Saat itu, aku tidak pernah mengerti, mengapa kau menjadi begitu pelit membagi waktu denganku. Aku paham, sangat paham jika kau harus bekerja keras. Tapi apakah tidak sedetik pun dalam 24 jam kau mengingatku? Menyapaku? Atau hanya sekedar bertukar kabar. Aku belum memahami satu kondisi ini, bahkan tidak pernah memahami, kesibukan seperti apa yang merebutmu dari pelukku. Aku tidak pernah tau, kemana dan dimana kau. Kita ada di langit yang sama, namun aku belum pernah melihat wajahmu kembali semenjak pertama kali kita jalan berdampingan. Entah pikiran macam apa yang membuatmu betah berjauhan, padahal rinduku padamu sudah menggunung adanya.

Musim menunggu telah berganti menjadi sendu. Aku seperti kehilangan sosokmu yang dahulu. Aku merasa begitu berarti setiap engkau mencariku dalam hari-hariku. Aku bahagia setiap kali engkau datang menemuiku. Tak terbayangkan senangnya disaat engkau dan aku saling berbagi meja, duduk berdampingan, berbagi kisah. Penantian ini ternyata tak berujung. Engkau sudah tidak lagi ada menemani hari-hari mendung ini. Tidak aku lihat lagi siluetmu dalam senja. Kau biarkan angan-angan ini mengacaukan pikiranku. Dan kau tak kunjung menjadi mentari yang menghangatkan malamku.

Hari itu, aku menangis setiap kali usahaku mencarimu menemui gagal. Aku menangis tiap kali kerinduanku padamu tidak berujung pada titik temu. Aku menangis tiap kali pesanku tak berbalas. Aku menangis tiap kali tak menemukan senyummu saat mata kita saling menatap. Aku menangis tiap kali kau abai dengan kehadiranku.

Sungguh, apakah arti cinta ? Mengapa merawatnya begitu sulit ? Durinya selalu menusuk tiap kali bunganya bermekaran. Aku selalu terjerembab tiap kali ingin menyamakan langkah denganmu. Kau begitu jauh. Tanganku tak mampu lagi menautkan pada kokohnya genggamanmu. Perih sudah menjadi rasa yang tidak akan mudah pergi di hatiku. Akan selalu ada bekas luka yang membisu di setiap sudut hati. Potongan cerita ini juga akan membiru seiring langkahmu yang menjauh. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harapan

Nonton di Bioskop