Firasat (lagi)

Akhir - akhir ini perasaanku dimulai dengan sebuah hal yang aneh. Ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, mengapa dan bagaimana, pun dengan apa? Perasaan ini hampir mirip dengan perasaan yang pernah aku temui beberapa tahun yang lalu. Sebuah perasaan kehilangan, namun entah tidak diketahui siapa yang akan pergi.

Hari ini, ditemani dengan kerang dan kamu, aku utarakan perasaan ini. Aku tidak tahu harus mengatakannya kepada siapa. Aku hanya bisa menceritakannya kepada orang tertentu saja. Sembari menunggu makanan kami datang, aku mulai menceritakan keganjilan perasaanku. Aku memulainya dengan,

"Perasaanku tidak enak, ini seperti sebuah firasat"

"Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Nanti semuanya kamu kaitkan dengan hal ini", jawabnya.

Sebenarnya aku hanya ingin berbagi hal tersebut, tanpa mengaitkan apapun. Aku selalu menyadari semuanya adalah sebuah 'kebetulan' yang hanya diketahui Tuhan jawabannya. Tapi, ya sudahlah. Sepertinya dia kurang tertarik dengan hal tersebut. Beberapa deep talk lainnya pun, sepertinya sedikit mengganggunya. Aku tidak mengetahui, apakah mungkin hal menyakitkan itu akan terulang?

Bayanganku mengarah kepada sebuah pengalaman pahit yang aku dapatkan. Dahulu, aku pernah mencintai sesorang dengan sangat. Namun, sayangnya dia tidak memiliki rasa apapun padaku. Aku kira senyumnya tulus, kebaikannya tidak bersyarat, dan cintanya untukku. Namun, beberapa kejadian membuatku berpikir sebaliknya. Beberapa perlakuannya mendukung hal tersebut. Ingin rasanya aku tidak memercayai pemikiran burukku, namun semakin aku menolak, beberapa hal tidak terduga ada di hadapanku. Aku mungkin menjadi orang munafik jika menepikan hal tersebut, dan aku adalah orang egois yang mungkin memaksanya untuk bersamaku.

Lalu, tepat di suatu waktu diantara kesendirianku, aku menyadari satu hal. Bahwa dia tidak berada di sisiku saat aku tidak memiliki apapun lagi untuk dituju. Aku menyerah pada sebuah harapan yang sudah aku bangun dengan susah payah. Kehadiran maupun ketiadaanku bahkan tidak memengaruhi apapun dalam kehidupannya. Kami bahkan seperti tidak saling mengenal saat bertemu di depan publik.

Bagiku, saat itu adalah hal yang tidak benar. Mungkin aku terlambat menyadari, namun bukankan masih lebih baik daripada tidak sama sekali?

Aku memilih percaya pada sebuah takdir bahwa Tuhan lebih mencintai dan menyayangiku daripada apapun dan siapapun. Aku percaya bahwa cinta bukanlah perasaan sedih dan kecewa. Jika aku merasakannya, bukankah sudah tidak ada lagi cinta di dalamnya?

Aku merelakannya. Aku membiarkannya pergi. Meski kenangan akan tetap menetap disini, dalam pikiran dan hatiku. Aku senang mengetahuinya, aku bahagia memilikinya. Namun, aku mengingat satu hal bahwa adanya masa lalu harusnya tidak membuatku terus berlarut menatapnya. Aku masih memiliki banyak sekali waktu yang harusnya dapat membuat hariku lebih berarti. Tentunya, tidak akan ada sebuah kebahagiaan yang tercipta jika kita tidak menerima roda kehidupan ini. Mulai saat itu, aku memaafkan diriku sendiri, agar aku bisa berdamai dengan diriku. Dengan hati dan pikiranku.

Aku tidak lagi menggenggam sesuatu terlalu erat. Aku tidak lagi memaksakan apa yang harusnya bukan menajdi milikku. Aku memilih untuk mengikuti kemana angin membawaku. Aku memilih untuk tetap menjalani hidupku dengan caraku. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harapan

Sepotong Cerita dengan Kamu

Nonton di Bioskop