True Love : Is it true?
Sore ini, aku coba menghabiskan waktu dengan
beristirahat sejenak dari pikiran-pikiran yang menyengsarakan hati. Aku coba
menuruti apa-apa yang diinginkan hati untuk melepas lelah dan penatnya. Ku
putuskan untuk menonton salah satu film Maleficent.
Pada saat ini memang film tersebut sedang booming
di kalangan remaja hingga dewasa, bahkan anak-anak. Namun, kata seorang
teman, alangkah baiknya menonton cerita seri pertama dari film tersebut
terlebih dahulu, untuk kemudian bisa mengikuti alur cerita Maleficent : Mistress of Evil.
Oleh karena pada masa kini teknologi semakin
canggih, tak terkecuali aku juga memanfaatkan fasilitas wifi untuk dapat menonton streaming
film Maleficent tersebut. Awalnya
sempat frustasi karena situs online yang
biasa aku gunakan untuk akses film online
tidak muncul pada search engine
Google. Namun pada akhirnya aku menemukan biang masalahnya. Ternyata eh ternyata, situs itu sudah berganti
domain. Ckckck. Maklum sudah lama tidak pernah menonton lagi, eh berita baru
gitu saja luput ^^
Film Maleficent
seri pertama yang tayang 2014 lalu, mengisahkan mengenai pengkhianatan
seorang manusia kepada Peri. Film ini sunggguh menggugah perasaan dan membuatku
tiba pada suatu pertanyaan : benarkah cinta sejati itu ada? Di akhir cerita aku
masih belum percaya mengenai cinta pada pandangan pertama. Bagaimana mungkin
seseorang bisa jatuh hati ketika pertama kali melihat lawan jenis yang menarik?
Bukankah cinta selalu didasari rasa kagum? Tapi apakah rasa kagum “kaum
penganut cinta pada pandangan pertama” ini terletak pada fisik seseorang?
Bagaimana mungkin itu dapat dikatakan cinta?
Bagiku cinta selalu didahului perasaan kagum
yang continu. Aku belum pernah
memiliki pengalaman menyukai seseorang ketika pertama kali melihat seorang
lelaki untuk pertama kalinya. Cinta yang ku miliki juga berawal dari rasa
penasaran kepada seseorang yang aku kagumi. Berlanjut pada suatu pemahaman
mengenai seseorang, lantas jika timbul suatu perasaan ‘sejalan’ dan ‘nyaman’,
maka perlahan rasa itu hadir. Tidak mudah memang mendeskripsikan salah satu
perasaan ini. Perasaan istimewa. Karena secara umum bukankah kita hanya
mengenal 4 rasa? Sedih, senang, takut, dan marah. Tapi cinta? Itu lain hal.
Suatu hal istimewa yang sulit didefinisikan.
Kebanyakan cinta menimbulkan suatu paradoks
yang aneh. Bagaimana tidak? Kita pernah mengenal cinta yang menimbulkan suatu
pemikiran di luar logika. “Rela melakukan apapun demi cinta”. Itu salah satu
perumpamaan sederhana yang tidak jarang kita mengetahuinya. Bukankah aneh? Ada
suatu kerelaan yang sebelumnya belum pernah kita lakukan kepada siapapun, namun
saat memiliki cinta justru hal itu sudah menjadi suatu kebiasaan rutin kita
kepada doi? Mungkin contoh lainnya yang paling sering ditemui pada khalayak
muda-mudi adalah : suatu perasaan benci dalam mencintai seseorang? Itu adalah
hal yang pasti hadir kepada hati-hati galau ala anak-anak muda. Benar tidak?
Mulut kita boleh berucap dengan lantang, “Aku benci dia!”, tapi hati ? Akan
selalu membisikkan rasa kagum, suka, dan mencintai seseorang itu. Meski yang
kita tahu, hati orang tersebut bukan diperuntukkan bagi kita. Ada pula contoh
lainnya. Kita tetap memiliki rasa sayang dan cinta kepada seseorang meski kita
sudah memiliki kekasih yang baru. Itu sungguh di luar logika bukan? Dalam hal
ini aku belum pernah berada di posisi tersebut. Namun, bagi sebagian orang hal
itu bukan sesuatu yang mustahil. Aku pernah menemui seseorang seperti itu. Dia
mencintai seorang wanita, namun sayang-nya cinta mereka tak direstui. Dan
hinggi kini, mereka masih menyimpan rasa itu, jauh di dalam lubuk hati
masing-masing. Meskipun mereka sudah berada pada jalan masing-masing dan mereka
sama-sama memiliki kekasih yang baru. Sungguh ironis bukan?
Perihal ‘cinta’ memang sesuatu hal yang rumit.
Cinta itu bagai air di lautan. Kita boleh menganggap dan membayangkan jika air
laut itu dangkal, tapi ketika kita coba berenang dan menyelam lebih jauh, itu
sungguh lebih dalam dari imajinasi kita. Begitu pula cinta. Kita boleh
menganggap rasa suka adalah hal biasa. Implikasi dari rasa kagum. Tapi sekali
terjebak dalam cinta, susah menemui jalan keluar. Bagai labirin dalam hutan.
Melangkah seolah kita tak akan menemui jalan buntu, namun tak disangka
kanan-kiri kita adalah persimpangan yang rumit. Yang jika kita salah memilih,
maka akan membawa kita pada jalan yang sama berulang-ulang, berputar-putar
seolah kita sudah melangkah jauh tetapi masih berakhir pada langkah awal kita.
Akan tetapi, bagai mata pisau yang memiliki 2
sisi, pun dengan cinta. Cinta juga memiliki hal indah dan menyebalkan. Cinta
itu akan indah jika dimiliki dan diberikan kepada orang tepat dan waktu yang
tepat. Tapi kita tidak dapat memilih dan merencanakan kepada siapa dan kapan
cinta itu harus datang dan pergi, harus diberi atau dilepas. Cinta memang hadir
pada hati setiap insan dan makhluk di muka bumi ini, karena itu adalah sebuah
anugerah dari Yang Maha Cinta. Tapi kita berhak mengambil kesempatan untuk
mencintai siapa dan kapan. Cinta akan sangat indah dan manis rasanya ketika
cinta itu saling mengisi satu sama lain.
Tidak dapat dilakukan sepihak, karena pisau itu akan melukai sisi lainnya saja,
atau bahkan menghujam sang pemiliknya. Sebaliknya, jika sama-sama ikhlas
mencintai hanya karena-Nya, justru pisau itu saling melindungi satu sama lain
dari segala sisi menyakitkan.
Dari segala teori cinta, cinta sejati adalah
hal paling rumit dijelaskan atau bahkan dibayangkan saja sudah bikin sangat bingung. Benar tidak?
Mengenai cinta sejati ini, adalah suatu perasaan yang tanpa permisi mengisi
hati dan hadir kepada seseorang yang tak pernah disangka-sangka sebelumnya.
Rasa yang begitu pemalu untuk ditanyai ataupun dimintai alasan. Rasa yang
begitu misterius untuk diungkapkan. Rasa yang cenderung tak ingin orang lain
‘merasa’ sakit dan terluka. Hanya akan tersenyum saat cinta sejatinya
tersenyum. Akan marah kepada siapapun yan mengganggu. Akan sangat sedih dan
terluka saat cinta sejatinya mendapat hari buruk. Sungguh, cinta sejati yang
hadir pada pandangan pertama akan selalu menjadi misteri. Indah, dan tak dapat
diuraikan perihal kronologinya. Jatuh dengan sekali pandang, tanpa karena.
Komentar
Posting Komentar