Firasat?
Hey,
kamu. Bolehkah aku memelukmu dalam diam? Menikmati setiap dekapan hingga resah
ini berakhir?
Sebenarnya,
pada detik ini, aku sungguh merasakan sesuatu yang aneh. Ada sebuah perasaan
yang tak mampu aku jelaskan. Ada sebuah rasa yang sangat mengganggu hati. Mengubah
suasana hatiku menjadi kelabu. Aku berada di antara sedih dan resah dalam waktu
bersamaan. Mungkinkah? Mungkinkah akan ada sesuatu yang buruk akan ku temui di
depan? Atau apakah justru kamu yang akan menemukannya? Aku sungguh takut
jika hal itu benar terjadi.
Kau tau,
mungkin setiap kita pernah merasakan hal ini. Namun bagaimana kamu menguraikan
setiap perasaan ini? Sungguh aku tidak tau, harus dengan apa aku memahaminya. Jika
kau tau, maka beritahulah. Kelak suatu saat kebaikanmu dalam berbagi juga akan
dibalas oleh-Nya.
Baik. Aku
akan mencoba meresapi perasaan ini perlahan. Hingga aku menemukan celah untuk
menguraikannya. Perasaan ini dimulai dari 1 hari yang lalu. Tepat di saat aku
sedang memulihkan kesehatanku. Ya, kemarin adalah saksi betapa aku tidak
berdaya, hanya meringkuk di bawah selimut berteman guling. Hampir rasanya 24
jam aku berbaring sendiri dalam sebuah ruangan 2 x 2 meter ini. Tidak ada hal
lain yang ingin ku lakukan, dan tidak ada pula hal-hal menarik. Dalam titik
terlemahku itu, aku dihinggapi perasaan aneh. Perasaan yang mengganjal dalam
dada. Ada suatu hal yang ingin disampaikan oleh hati. Namun selalu saja
berhenti di udara. Tak sempat ku dengar bisikannya.
Haruskah
aku sebut firasat? Namun firasat untuk apa dan siapa?
Sungguh aku belum siap atas kemungkinan-kemungkinan yang ada. Yang
jelas setiap detik aku memiliki waktu luang, pada waktu itu pula aku menemukan
perasaan ‘tak enak’ ini. Terlebih ada kesibukan yang merebutmu dari dekapanku. Sungguh
aku tak ingin apa-apa terjadi padamu. Aku hanya ingin kamu selalu bahagia,
disana. Namun jika kemungkinan terburuklah yang datang, sungguh aku hanya ingin
pulang. Kembali pada rumah. Berselimut pada kamarku. Memeluk boneka-bonekaku. Mendekap
gulingku. Atau bahkan meminta ibu selalu ada di sampingku. Menemaniku. Menungguku
terlelap. Karena sungguh, hingga detik ini aku masih takut.
Komentar
Posting Komentar