Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

Mimpi.

Malam itu, 1 hari setelah kamu memutuskan mundur, tidak terhitung sudah berapa kali aku tiba-tiba menangis. Terkadang menangis dengan sadar, pun dengan tanpa disadari. Aku tidak mengerti mengapa sebuah kenangan sungguh menyakitkan? Padahal sebenarnya kenangan itu indah. Memori yang disimpan itu adalah indah. Tapi, entah mengapa aku masih belum mampu tersenyum jika teringat segalanya. Aku tidak memahami bagaimana perasaan sedih ini dimulai. Aku juga tidak mengetahui, mengapa sangat berat untuk membiarkan kenangan ini diingat.   Sungguh, bukankah sebenarnya tidak ada suatu kesalahan dalam ingat dan kenang? Tapi hati ini masih saja menolak untuk berdamai dengannya. Masih saja ada hal-hal yang berat untuk menerima dan memahami keadaan. Masih saja kokoh untuk menolak kenyataan. Masih saja ingin memaksa kehendak. Dan masih saja egois. Wahai diri, bukankah kau sering memberi semangat terhadap kawan-kawanmu? Bahkan nasihat-nasihatmu selalu saja membuat mereka berpikir ulang ...

FRUSTASI.

Pagi tadi aku benar-benar disadarkan. Bagaimana mungkin aku melangkah begitu saja tanpa memperhatikan kendaraan yang sedang melaju dengan kecepatan (mungkin) hampir 60km/jam. Ah sungguh dalam kesedihan yang aku pikul ini, aku sudah tidak peduli rasanya dengan hidup ini. Namun, siapa   sangka suara bel kendaraan itu membuatku langsung terkejut? Bahkan hingga merinding. Membuatku menampar berkali-kali diriku. Bagaimana mungkin aku sebodoh ini? Bagaimana mungkin aku tidak menghargai hidup ini? Bagaimana mungkin disaat aku acuh ini, tiba-tiba aku merasa takut. Ya. Masih merasa takut untuk merasakan ‘mati’. Karena sungguh aku tidak ingin mengecewakan ibuku yang berkali-kali dan selalu menyebut namaku dalam doanya. Yang berkali-kali mendoakanku dalam kebaikan. Namun, malah aku sendiri yang berusaha merusak hidupku. Oh ya Tuhan. Tamparlah aku. Sungguh aku mohon sadarkanlah diriku yang begitu lemah ini. Sungguh pukullah diriku, agar aku mengerti rasa yang benar-benar sakit. Tuhan, sunggu...

NELANGSA

Mama, hari ini ada banyak hal terjadi Pagi hari aku bersemangat Siang hari aku damai dan tenang Sore hari aku tertawa, bahagia Malam, aku bertemu masalah // Mama, masalah ini sungguh rumit Masalah ini merebut milikku Gemetar sudah sekujur tubuhku // Mama, tidak ada lagi warna Aku menemukan hitam Matahari mulai terbenam Pelangi buru-buru pergi Dan riuh menjadi sepi. 24 Agustus '19

Firasat ? (2)

Ini sudah kali ketiga perasaan itu membelenggu hati. Menguasai perasaan yang kadang hingga merebut emosi. Ada suatu perasaan aneh yang membuat diri ini tidak ‘bebas’. Hey kamu. Gimana kabarmu? Jarak ini sungguh nyata terlihat ketika kamu menghilang. Meski dalam hal ini aku mengetahui jika sibukmu menguasai penuh dirimu. Ah, aku sungguh iri dengan waktu. Yang selalu menemani pagi dan malammu. Aku iri dengan udara, yang selalu memberimu nafas. Aku begitu cemburu dengan matahari yang selalu menghangatkan dinginmu. Pun dengan senja yang mengindahkan hari-harimu. Aku pernah merasakan hal ini sebelumnya. Namun, dahulu tidak banyak hal berarti yang patut aku khawatirkan. Sebab perasaan ini selalu aku anggap sebagai pertanda jika aku harus bersiap. Bersiap dengan kemungkinan terburuk atas suatu rencana dan harapan-harapan yang aku bangun. Akan tetapi, kini berbeda. Ada kamu. Aku takut jarak ini semakin jauh adanya, memisahkan kita yang memang berbeda. Aku takut jika ada sesuatu ya...