MAAF


Aku 1000x menyesal ketika aku bukanlah orang yang siap membantumu.
Aku marah berkali-kali, mengutuk diriku yang tidak bisa menjadi cahayamu dalam gelap.
Aku kecewa dengan diriku yang lemah.
Aku iri dengan mereka yang dekat denganmu.
Tertawa dan saling menebar senyum padamu.
Aku hanya bisa menatapmu di kejauhan.
Hanya berdoa pada Tuhan, bahwa suatu saat aku memiliki moment yang sama dengan mereka.
Aku berkali-kali pula menenangkan hatiku yang gelisah.
Kalau-kalau aku cemburu, dan marah pada kebaikanmu.
Tapi itu sakit, bahwa kau hanya mengetahui aku baik-baik saja.
Tidak satupun kau mengingat bahwa hati ini tidak mudah menerima.
Hatiku keras dan kaku.
Sekalinya tergores, dia akan terus berbekas.
Hatiku bukan selembut hati milikmu.
Yang dengan mudah melupakan.
Tapi tidak mudah menjadi gores ketika sakit.
Aku membiarkanmu bukan berarti tak acuh.
Aku butuh waktu untuk memulihkan hati yang terbakar api cemburu.
Memadamkannya dengan ingatan-ingatan manis tentangmu.
Menenangkannya dengan komitmen yang telah saling kita sepakati.
Aku sungguh ingin menjadi yang pertama ada untuk hari-hari sulitmu.
Aku ingin menjadi alasan utama untuk senyummu kala gelisah.
Aku juga bersedia menjadi pelipur lara untuk hari sedihmu.
Aku siap untuk menjadi teman di saat sepi menghantuimu.
Aku tak akan menolak menjadi payungmu disaat hujan.
Menjadi hujan di kala tandus menyerang.
Menjadi mentari pagi yang selalu lembut menyapamu.
Menjadi rembulan dan bintang-bintang yang menemani malammu.
Aku selalu ingin menjadi penting dalam hidupmu, mas :')
.
[29 Oktober 2017]
~masih dengan hati yang kagum pada seseorang dengan di suatu hari itu~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nonton di Bioskop

Firasat (lagi)

Harapan