Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Kamu dan Gunung

Duniaku masih dipenuhi olehnya. Lelaki yang suka tertawa. Aku terlalu bodoh jika mengabaikannya. Karena setelah pertemuan pertama, kebaikannya tidak berkurang bahkan terus menerus membuatku terpesona. Pagi itu, aku terlambat bangun 2 jam dari waktu yang telah ku rencanakan. Tanpa memedulikan mata yang masih mengantuk, aku bergegas untuk mandi dan berdandan. Jam di ponselku menunjukkan pukul 09.30. Ah, lagi – lagi waktu terlalu cepat melesat. Buru – buru aku meneleponnya. Berharap dia sudah bersiap untuk acara hari ini. Dering pertama lewat, begitu pula dengan kesepuluh dering berikutnya. Argh , hatiku kesal. Semuanya menjadi terlambat karena kecerobohanku mematikan alarm. Aku tidak tahu harus melakukan apalagi untuk membangunkannya selain memanggil nomor ponselnya. Kali ini aku berharap mimpi semalamnya segera berakhir. “Berhasil!”, seru hatiku. Dengan suara yang dipaksa, dia menjawab panggilanku. Aku hampir dapat membayangkan betapa enggan matanya untuk terbuka mengingat waktu...

Satu Malam

Minggu ini adalah kali pertama seseorang mengunjungiku di perantauan. Aku dan dia tidak pernah merencanakan ini sebelumnya. Kita hanya asal menentukan titik temu untuk menghabiskan weekend bersama. Aku tak tau harus bersikap seperti apa nanti, batinku. Aku belum pernah kedatangan teman lelaki sebelumnya selain pacar. Tapi dia? Tidak seperti sebelumnya, yang memiliki hubungan spesial denganku. Tenggat waktu pertemanan kita pun masih terbilang singkat. Bagiku tak mudah menghapus jejak kenangan dalam ingatan. Terakhir kali seseorang datang padaku, lalu ia tak kembali. Ia hanya meninggalkan sisa-sisa kenangan hanya untuk merenggut kebahagiaanku. Sebenarnya untuk apa dia datang padaku? Banyak yang bilang, kalau seseorang tersebut hanya ingin pamit padaku. Meninggalkanku sendiri menyembuhkan luka. Kali ini, ketakutanku makin menjadi. Takut kalau semua lelaki akan sama. Berakhir meninggalkan wanita untuk wanita yang lain. Aku ragu, apakah keputusanku membiarkannya menemuiku sudah tepat?...

Lelaki Misterius

Belum lama aku mengenalnya kala itu. Aku masih takut-takut untuk mulai menganggapnya teman. Aku rasa, semasa di bangku kuliah, dia cukup cerdas. Aku sedikit minder jika mengingatnya. Pertama kali aku bertegur sapa dengan lelaki itu, tatkala aku memasuki ruang membaca (r:perpustakaan) di kampusku. Tidak sengaja mataku menangkap sesosok lelaki berkacamata sedang tersenyum padaku. Aku sedikit salah tingkah mengetahuinya. Jarang sekali ada yang mengenalku di kampus ini, pikirku. Namun, dia bahkan tidak hanya tersenyum dan memandangku, lalu berlalu. Akan tetapi bertanya : "mau cari skripsi?". Spontan aku hanya menjawab, "iya". Tidak ada lagi percakapan lain. Aku menerka, sepertinya kita berada dalam kecanggungan masing-masing. Setelahnya, lelaki itupun berlalu meninggalkan ruangan dan menyisakan pertanyaan dalam hati kecilku : "bagaimana bisa dia mengenalku?". Hari pun berlalu sejak pertemuan misterius antara aku dan dia. Sebenarnya ada banyak kesempatan un...