Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Agustus

Gerimis masih saja enggan meninggalkan kota. Rintiknya tabah mengguyur hingga berjam-jam lamanya. Kali ini banyak yang singgah dalam ingatan. Dulu, sekitar 2 tahun silam aku pernah se-gembira itu menyambut hujan. Tertawa-tawa menikmatinya dengan seseorang yang amat dekat denganku. Seseorang yang sering aku panggil Umel ( lemu ) atau sering ku ejek dengan panggilan “jelek!” Suatu hari itu, kami berdua berniat melepas penat. Berboncengan menuju kota yang lebih sejuk dibanding kota kelahiranku. Kota yang sedikit lebih tinggi permukaannya dan lebih dekat dengan gunung. Kami tidak khawatir tatkala awan menutupi sebagian langit biru. Sebab jikalaupun hujan, ada mantel yang disimpan di jok motornya. Tanpa tujuan, karena memang aku lebih suka menikmati terpaan angin di sepanjang perjalanan. Meski tau motor yang ku naiki akan mengarah kemana, tapi tetap saja aku lebih suka duduk dibonceng di atas motor. Aku menyesapi setiap waktu yang ku habiskan dengannya. Bercanda   ala kadar...

SIRNA.

“ Kau buat sirna sudahlah, harapanku hidup bersamamu…” Penggalan lirik lagu di atas adalah bagian dari lagu yang setiap anak muda pasti mengenalnya. (berarti jika Anda tidak mengenal maka Anda tidak termasuk dalam golongan muda, melainkan golongan tua). Hehe... Ternyata mendengar kembali lagu tersebut membuatku seperti kembali merasakan suatu kehadiran sosok yang sangat memfavoritkan lagu itu dan pada waktu itu juga. Aku bahkan dapat dengan jelas mengingat wajahnya, serta di tempat mana aku bisa melihatnya menikmati lagu. Ikut mengenal lagu itu sekaligus membuatku menikmati detik-detik selanjutnya bersamamu. Mendengar ceritamu yang bahkan katanya persis dengan isi lirik tersebut. Dan hari-hari selanjutnya, dalam HP ku selalu saja ku putar lagu tersebut. Meresapinya, mendadak hapal liriknya, hingga dapat menyanyikannya. Lagu tersebut menceritakan bagaimana sepasang kekasih yang hendak mengikat janji suci, namun batal. Sebab sang lelaki ternyata atas alasan menolong seseoran...

Minggu ke-2 November

Ya Tuhan bagaimana mungkin aku merindukan masa lalu? Aku rindu di saat menjadi mahasiswa. Aku rindu kampusku tercinta, Universitas Negeri Malang (UM). Bagaimana mungkin bayangan-bayangan duduk di bangku perkuliahan, nongkrong bersama teman, mengerjakan tugas kelompok, hingga masa-masa aku menarik diri dari keramaian serta hiruk-pikuk kampus dengan tenggelam pada buku-buku di perpustakaan. Oh, betapa aku rindu pula masa-masa mengagumi-mu dan berusaha menarik perhatian dengan aktif mengacungkan tangan di kelas. Haha, sungguh lucu jika diingat kembali! Aku pun rindu berangkat pagi, pulang sore. Menghabiskan waktu di dunia pendidikan lebih menyenangkan dibandingkan dunia kerja. Percayalah! Akan tetapi, meski rasa bosan sempat hadir dalam benakku ketika itu, justru semua hal inilah yang paling bersisa dalam memori otak. Dalam kerinduan, akan selalu ada penyesalan. Mengapa semua hal berlalu begitu saja? Mengapa dulu aku tidak melakukan ini-itu? Mengapa dulu aku tidak begini dan beg...