Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

Tentang Mimpi dan Masa Depan

Semasa   kecil aku selalu bermimpi, suatu saat akan ada waktu bagiku menjadi guru. Karena dahulu, aku selalu suka bagaimana guru menerangkan pelajaran dan kemudian diikuti latihan soal serta menilai buku murid-muridnya. Aku selalu menyukai masa-masa dimana aku membuat soal untuk diriku dan kemudian menilai diriku sendiri. Intinya belajar menjadi guru untuk diriku sendiri. Lucu jika ku ingat masa itu. Karena sebenarnya aku juga selalu suka menjelaskan mata pelajaran apapun jika teman-teman bertanya padaku. Terutama sekali adalah Matematika. Itu adalah favoritku sekaligus obsesiku. Tapi apakah mimpi itu adalah bagian dari cita-cita? Jika iya, berarti cita-cita itu adalah relatif bagiku. Relatif berubahnya. Karena mimpi di setiap periode atau masa selalu berubah-ubah seiring kita menjadi dewasa. Saat aku menginjak SMP juga, mimpiku sudah bukan lagi menjadi guru. Melainkan ingin menjadi seorang Profesor. Dan bahkan berencana masuk SMA ternama agar dapat mendalami mata pelajaran ...

Suatu Upaya dalam Berproses.

Kisah ini bermula dari keinginan untuk mencoba. Mencoba menjadi salah satu yang berjuang memperebutkan 1 kursi dalam struktur organisasi di suatu instansi pemerintah, dengan bersaing melawan ribuan atau bahkan jutaan penduduk negeri ini. Indonesia. Ya, menjadi bagian yang berkontribusi dalam satuan kerja Kementerian/Lembaga Pemerintahan mungkin menjadi suatu hal yang amat teristimewa bagi kebanyakan orang. Dan aku adalah salah satu yang memasukkan pilihan ini dalam list masa depan – meski pilihan ini bukanlah yang utama. Mengapa? Karena aku lebih memfavoritkan waktuku saat menulis daripada bergelut dengan angka. Lebih menyukai ‘kebebasan’ daripada suatu rutinitas sistematis yang membosankan. Sudah menjadi kebiasaan para Sarjana untuk mencari sebanyak-banyaknya nfo mengenai lowongan pekerjaan yang ideal dengan pendidikan yang telah ditempuh selama ± 16 tahun ini. Atau bahkan tak sedikit yang menempuh kurang dari 16 tahun, sebab adanya sistem akselerasi dalam dunia pendidikan kita. ...

Suka?

Hey, sepulangmu dari mendaki Gn.Welirang, kita terlibat pembicaraan panjang. Diawali dari gombalan hingga obrolan serius. Entah atas dorongan apa, aku mulai memberanikan diri menanyakan bagaimana perasaan om yang sebenarnya. Habisnya hidup dalam rasa penasaran itu sungguh menyebalkan. Setiap melakukan apapun akan terbebani pikiran, gimana perasaanmu yang sebenarnya? Karena sungguh aku takut. Takut kembali terulang peristiwa pahit nan menyedihkan itu. Patah hati. Aku tak pernah membayangkan betapa hari berlalu sebagai saksi kedekatan kita hinngga kini. Mengenalmu di dalam sebuah tempat baru saat itu, sungguh di luar kuasaku. Kamu yang sebagai orang pertama menyambutku di hari kerja. Mengantarku ke ruangan kerja. Dan mengobrol seadanya saja. Kamu yang tak lain memiliki background   yang sama denganku, sama-sama memiliki pengalaman beralmamater biru navy . Tapi yang tak ku sangka,   bisa-bisanya dirimu yang notabene anak sastra ‘nongkrong’ di koperasi. Sungguh tak bisa ku ...